COVID-19: PROTESNYA BUMI
Suka tidak suka harus kita akui bahwa, “Covid-19 adalah konsekuensi logis dari aktivitas kita yang semakin merusak dan melawan alam.” Premis ini bersandarkan pada Karl Marx dan sahabat seperjuangannya, Friedrich Engels. Keduanya menganalisis keberadaan manusia, hubungan antara manusia dan alam serta cara-cara di mana produksi dan aktivitas ekonomi lainnya berlangsung. Perubahan iklim mungkin tidak terlihat memiliki hubungan yang jelas dengan wabah Covid-19, tetapi jika mempertimbangkan peran yang dimainkan oleh neoliberalisme dalam perusakan habitat alam dan punahnya keanekaragaman hayati, memang meningkatkan risiko penyakit patogen yang secara langsung dapat menghancurkan planet kita.
Meningkatnya permintaan akan makanan dan peralatan sehari-hari menyebabkan perambahan yang masif, bahkan yang belum pernah terjadi sebelumnya ditambah dengan deforestasi dan penghancuran besar-besaran planet kita. Demikian juga, perburuan spesies liar yang tidak diatur juga berkontribusi terhadap penyebaran. Semua ini didorong oleh dogma neoliberal terkait perdagangan bebas dan persaingan pasar. Oleh karena itu, krisis Covid-19 menggarisbawahi pentingnya melindungi keanekaragaman hayati kita, dan menciptakan zona penyangga antara manusia dan hewan. Hal ini membutuhkan komitmen serius seluruh elemen negara dalam mengatasi keadaan darurat iklim dan lingkungan yang lebih mendesak dan lebih serius dari sebelumnya…