Epistemik Indonesia

Prospek Pembangunan Berkelanjutan Jakarta Pasca Pemindahan Ibukota Negara

Date

Di antara kedua masalah yang digunakan pemerintah untuk memindahkan Ibukota Negara (IKN), yaitu masalah kompleks di Jakarta dan visi membangun pusat pertumbuhan ekonomi baru untuk mendorong pembangunan di kawasan timur Indonesia, kompleksitas masalah di Jakarta alasan utama mengapa harus pindah dan bukan sekedar membangun kawasan ekonomi khusus di Kawasan Timur Indonesia. Jika ingin membangun pusat pertumbuhan ekonomi baru di Kawasan Timur Indonesia, maka pemindahan ibukota bukan satu-satunya cara, namun bisa dilakukan dengan berbagai cara lain, seperti pembangunan kawasan ekonomi khusus dengan pembangunan infrastruktur ekonomi dan sosial secara masif. Namun seiring dengan munculnya kebutuhan solusi masalah kompleks Jakarta dan pembangunan berimbang untuk Kawasan Timur Indonesia, pemindahan IKN menemukan justifikasi dari urgensinya...

Populisme dan Politik Identitas: Dua Akar Masalah

Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di Jakarta tidak dapat dilepaskan dari pengaruh politik elektoral di tingkat daerah maupun di tingkat pusat. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) langsung memiliki konsekuensi logis terhadap politik kebijakan publik di daerah. Pertama, kebijakan pembangunan di daerah sering bersifat lebih politis, yaitu untuk kepentingan politik dari pemimpin yang berkuasa atau koalisinya, dan kurang berorientasi administratif, atau untuk kepentingan pemerintahan yang baik untuk masyarakat. Artinya, meskipun berbagai kebijakan dilakukan untuk menghadapi masalah-masalah di daerah serta untuk membangun kesejahteraan dan keadilan sosial di masyarakat daerah, namun pelaksanaannya dapat mengalami hambatan atau distorsi dari orientasi pada kepentingan politik pemimpin atau kelompoknya (Aspinall & Fealy, 2003). Kedua, politik elektoral dengan sistem multipartai dengan konteks sosial dan kultural yang memiliki kecenderungan primordial yang cukup kuat, cenderung mengarah kepada maraknya populisme, politik identitas dan klientelisme (Aspinall, 2011; Aspinall & Sukmajati, 2016; Hadiz, 2016).

Dalam kasus pembangunan sistem transportasi dan mitigasi bencana, kendala yang selalu dipermasalahkan adalah mahalnya biaya pembangunan sistem transportasi publik terintegrasi18 dan infrastruktur pencegahan dan mitigasi bencana alam akibat perubahan iklim seperti kenaikan muka air laut dan banjir. Meskipun kedua masalah tersebut telah menjadi isu kebijakan sejak tahun 1990-an, namun kebijakan pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk meresponsnya cenderung minimal. Dalam pembangunan sistem transportasi terintegrasi, perencanaannya telah ditetapkan sejak awal tahun 2000-an. Di dalam perencanaan tersebut telah termuat rencana pembangunan dua jalur kereta bawah tanah yang menghubungkan Utara-Selatan dan Timur-Barat Jakarta. Selain itu, rencana tersebut juga mencakup cita-cita membangun beberapa stasiun kereta dengan skema transit oriented development (TOD) yang memungkinkan akses ke pusat perkantoran, pendidikan, perbelanjaan dan pemukiman di satu wilayah agar mengurangi penggunaan alat transportasi serta meningkatkan kultur pejalan kaki…

More
articles