Hubungan Antara Demokrasi Deliberatif dan Voice
Istilah “demokrasi deliberatif” telah menjadi cara alternatif untuk memahami demokrasi. Karena kualitas demokrasi telah menurun di beberapa negara akhir-akhir ini, seruan untuk representasi masyarakat yang sejati menjadi menonjol (Levitsky dan Ziblatt 2018). Demokrasi deliberatif secara umum berarti mendorong partisipasi dan keterlibatan publik yang lebih dalam proses pembuatan kebijakan. Sementara lembaga-lembaga demokrasi yang mapan seperti eksekutif, legislatif, dan yudikatif masih penting, suara dari ruang publik telah tumbuh secara intensif. Untuk menyikapi demokrasi deliberatif itu sendiri, dua sarjana Jurgen Habermas dan Iris Marion Young memiliki pemikiran tentang istilah tersebut. Kedua cendekiawan ini berfokus pada cara orang menyampaikan aspirasi keprihatinan sehari-hari kepada pembuat kebijakan. Namun demikian, kedua sarjana memiliki pandangan yang berbeda tentang bagaimana orang mencapai kesimpulan dalam demokrasi deliberatif. Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan saya: bagaimana kita membandingkan dan kemudian menilai pandangan Habermas dan Young secara kritis terutama implementasinya dalam sistem pemerintahan. Tampak bagi kita bahwa demokrasi deliberatif versi Habermas mengandalkan ruang publik, sedangkan demokrasi deliberatif versi Young mengandalkan partisipasi inklusif dan komunikasi yang membawa orang masuk. Intinya dari demokrasi deliberatif itu sendiri adalah komunikasi sebagai permusyawaratan…